Jaket kulit itu pemberiannya. Aku masih ingat 28 Desember 2010 , tepat sehari setelah ulang tahunku. Ia tak memberikanku apa - apa kecuali jaket kulit itu. Mungkin ia hanya berpesan agar aku menjaga diriku di kota ini , Metropolitan. Kehidupan yang "ganas" , "buas" , dan tentu saja "kejam" kerap menghantuiku. Kerap aku mengeluh , menangis , menjerit dalam kebisuanku. Seperti malam itu , ketika Jim meninggalkanku. Aku ingin menjerit sekali lagi, tapi aku bisu. Aku ingin melihat senyumnya lagi , tapi aku buta. Aku ingin melangkahkan kaki , mengejarnya , tapi aku lumpuh. Ia benar - benar membuatku mati di rumah ini. Mengapa kau tega meninggalkanku , Jim ? Apa salahku ??
Kau tahu , 2 bulan yang lalu aku hampir saja diperkosa oleh berandalan yang kurang ajar sekali terhadap tubuhku. Ia mencolek , membelai dengan tangan kasarnya , dan bahkan hampir saja menelanjangiku jikalau kau tak datang tepat waktu. Kau menghajar mereka , membekukan mereka , dengan sekuat tenagamu kau lemparkan dalam jurang kesakitan yang luar biasa dahsyatnya. Aku berlari memelukmu , kau belai aku penuh kasih. Sebenarnya aku takut , trauma. Tapi , aku merasa nyaman saat kau ada di dekatku. Mengertilah , Jim. Aku sangat membutuhkanmu. Mengapa kau tak pernah mengerti ? Aku tak butuh uang , Jim. Yang kubutuhkan hanya kau , kau yang selalu ada di dekatku.Kau pergi sekehendak angin. Tak meninggalkan secuilpun senyum untukku. Demi apa kau meninggalkanku ? Demi Tuhan , Jim , aku tak rela kau menggadaikan dirimu. Aku tak rela kau menjadi budak atas kekejaman Ayahku.
Ayahku sekeras batu. Ayahku sedahsyat badai. Ayahku topan , ayahku gunung yang siap menumpahkan larva bagi siapa saja. Ayahku bangsat, dia kera. Aku sangat membencinya. Kau tak pernah membiarkan aku sebebas burung elang. Kau membatasi gerak merdekaku. Kau adalah api , tapi kau mampu membakar air. Bagaimana bisa ?. Bangsat. Bagaimana bisa Jim mau menggadaikan tubuhnya hanya untuk bangsat itu.
"Tenanglah , aku akan baik - baik saja", suatu waktu ia mengatakan sepatah kata untukku.
"Tapi , Jim. Aku tak mau kau diperbudak oleh lelaki bangsat macam ayahku itu",isakku.
"Aku akan pergi demi cintaku padamu. Percayalah , Monica". Jim menyunggingkan sedikit senyumnya demi menghiburku.
"Kau yakin dengan keputusanmu ? Aku tak bisa hidup sendiri di kota Metropolitan ini. Terlalu dewasa untukku, Jim. Mengertilah , aku wanita", isakku semakin keras terdengar. Tapi Jim tetap tersenyum, menghangatkan hati.
"Kau bisa , Monica. Ingatlah aku di setiap langkahmu. Percayalah , aku baik - baik saja. Aku akan berangkat satu jam lagi".
Setelah itu ia pergi , membereskan pakaian dan memelukku erat. Pergi sebelum mencium keningku hangat. Sebelum dan setelah itu aku tetap mencintainya.
*****
Hari ini hari kelimaku bekerja sebagai Office Girl di suatu perusahaan.
Kau tahu , 2 bulan yang lalu aku hampir saja diperkosa oleh berandalan yang kurang ajar sekali terhadap tubuhku. Ia mencolek , membelai dengan tangan kasarnya , dan bahkan hampir saja menelanjangiku jikalau kau tak datang tepat waktu. Kau menghajar mereka , membekukan mereka , dengan sekuat tenagamu kau lemparkan dalam jurang kesakitan yang luar biasa dahsyatnya. Aku berlari memelukmu , kau belai aku penuh kasih. Sebenarnya aku takut , trauma. Tapi , aku merasa nyaman saat kau ada di dekatku. Mengertilah , Jim. Aku sangat membutuhkanmu. Mengapa kau tak pernah mengerti ? Aku tak butuh uang , Jim. Yang kubutuhkan hanya kau , kau yang selalu ada di dekatku.Kau pergi sekehendak angin. Tak meninggalkan secuilpun senyum untukku. Demi apa kau meninggalkanku ? Demi Tuhan , Jim , aku tak rela kau menggadaikan dirimu. Aku tak rela kau menjadi budak atas kekejaman Ayahku.
Ayahku sekeras batu. Ayahku sedahsyat badai. Ayahku topan , ayahku gunung yang siap menumpahkan larva bagi siapa saja. Ayahku bangsat, dia kera. Aku sangat membencinya. Kau tak pernah membiarkan aku sebebas burung elang. Kau membatasi gerak merdekaku. Kau adalah api , tapi kau mampu membakar air. Bagaimana bisa ?. Bangsat. Bagaimana bisa Jim mau menggadaikan tubuhnya hanya untuk bangsat itu.
"Tenanglah , aku akan baik - baik saja", suatu waktu ia mengatakan sepatah kata untukku.
"Tapi , Jim. Aku tak mau kau diperbudak oleh lelaki bangsat macam ayahku itu",isakku.
"Aku akan pergi demi cintaku padamu. Percayalah , Monica". Jim menyunggingkan sedikit senyumnya demi menghiburku.
"Kau yakin dengan keputusanmu ? Aku tak bisa hidup sendiri di kota Metropolitan ini. Terlalu dewasa untukku, Jim. Mengertilah , aku wanita", isakku semakin keras terdengar. Tapi Jim tetap tersenyum, menghangatkan hati.
"Kau bisa , Monica. Ingatlah aku di setiap langkahmu. Percayalah , aku baik - baik saja. Aku akan berangkat satu jam lagi".
Setelah itu ia pergi , membereskan pakaian dan memelukku erat. Pergi sebelum mencium keningku hangat. Sebelum dan setelah itu aku tetap mencintainya.
*****
Hari ini hari kelimaku bekerja sebagai Office Girl di suatu perusahaan.